PANGANDATA.COM, – Kebutuhan kentang di dalam negeri terus meningkat baik untuk kebutuhan rumah tangga, restoran, hotel (non industri) maupun untuk industri. Sejalan dengan peningkatan kebutuhan tersebut luas pertanaman turut meningkat pula. Direktorat Jenderal Hortikultura terus berupaya memenuhi kebutuhan kentang ini, khusus untuk kebutuhan kentang non industri melalui kegiatan kampung hortikultura pada tahun 2022 digelontorkan kawasan pertanaman kentang seluas 300 ha, pemenuhan kebutuhan benih kawasan ini dipenuhi dari produksi benih di dalam negeri melalui pengadaan yang harganya cukup mahal. Sementara pada kentang industri untuk memenuhi kebutuhan bahan baku french fries dan potato chips kebutuhan benihnya belum sepenuhnya dapat diproduksi di dalam negeri, sehingga beberapa pelaku usaha masih melakukan impor benih. Saat ini kebutuhan benih kentang industri diperkirakan sekitar 8.000 ton untuk area 4.000 ha, dari kebutuhan tersebut baru dapat dipenuhi dari dalam negeri sekitar 25% selebihnya dipenuhi dari impor.
Masalah perbenihan kentang ini menjadi tantangan untuk dapat diatasi, upaya yang akan dilakukan adalah melalui pemberdayaan Balai Benih Kentang yang ada di seluruh Indonesia, yaitu ada 7 Balai Benih Hortikultura yang saat ini siap untuk mendukung penyediaan benih kentang bermutu di Indonesia. Terkait hal tersebut Direktur Perbenihan Hortikultura, Inti Pertiwi Nashawari melakukan kunjungan ke salah satu Balai Benih Kentang di wilayah Jawa Barat yaitu ke Balai Benih Kentang yang berada di Pengalengan pada hari Kamis, 7 Juli 2022. Dengan fasilitas yang dimiliki balai benih kentang diharapkan mampu menyediakan benih bermutu untuk kebutuhan kentang industri dan non industri, yaitu melalui penyediaan benih sumber (G0-G2) maupun benih sebar (G3). Untuk penyediaan kentang mendukung kawasan yang selama ini dilakukan melalui pengadaan, tahun depan akan diubah menjadi penyediaan swakelola melalui kerjasama secara langsung antara Direktorat Perbenihan dengan para produsen benih. Penyediaan benih melalui swakeloa ini menjadi lebih efiesien dan dapat menghemat penggunaan anggaran negara, karena biaya yang dikeluarkan adalah hanya biaya produksi terdiri dari biaya untuk pembelian benih sumber, bahan dan tenaga kerja. Disamping itu benih yang diproduksi diharapkan sesuai kebutuhan baik dari jumlah, jenis maupun verietasnya. Hal ini karena produksi benih disiapkan satu tahun sebelumnya (T-1) berdasarkan perkiraan kebutuhan kampung hortikultura dan pemasyaratan benih bermutu lanjut penjelasan Inti . Demikian juga untuk benih kentang industri kedepan impornya diharapkan terus menurun, dengan tersedianya 18 varietas kentang industri yang sudah didaftarkan varietasnya
Juju Rukmana selaku Kepala Balai Benih Kentang (BBK) Pangalengan menyampaikan kesiapan mereka dalam memenuhi kebutuhan benih kentang baik untuk kebutuhan industri dan non industri, tentunya dengan adanya dukungan fasilitas sarana dan prasarana serta teknologi produksi yang maju dan modern. Fasilitas yang dimiliki BBK Pengalengan yaitu SDM yang mumpuni, bangunan, laboratorium kultur jaringan, screen house, lahan produksi benih dan sarana pendukung lainnya. Demikian juga dengan teknologi yang digunakan akan sangat mendukung keberhasilan produksi benih. Teknologi yang diterapkan di Balai Benih Kentang yaitu: 1). Teknologi menghasilkan benih sumber yang bebas virus melalui perbanyakan benih sumber secara kultur meristem/in vitro, 2). Teknologi perbanyakan benih kentang kelas G0 di screen house
secara konvensional dan teknologi perbanyakan benih kentang G0 sistem aeroponik yang dapat menghasilkan benih kentang G0 dengan produktivitas 10 kali lebih banyak dan 3). Teknologi perbanyakan benih kentang kelas G0 dan G1 di screen house dengan aplikasi IoT (Internet of Things) yaitu produksi benih berbasis internet berupa sensor untuk penggunaan air, pupuk, suhu dan kelembaban sehingga presisi kebutuhan tanaman akan nutrisi suhu dan kelembaban terukur serta memudahkan perawatan tanaman.
Setelah melihat secara langsung proses produksi dan fasilitas yang dimiliki serta teknologi yang digunakan dalam produksi benih kentang oleh Balai Benih Kentang Pangalengan, Direktur Perbenihan Hortikultura optimis bahwa BBK Pengalengan mampu mendukung pemenuhan kebutuhan benih kentang kentang industri dan non industri di Indonesia dalam jumlah besar secara cepat dan efisien.
Optimisme efisiensi penggunaan anggaran pemerintah dan penurunan impor benih kentang industri melalui pemberdayaan balai-balai benih dalam menyediakan benih kentang bermutu untuk pemenuhan kebutuhan benih kentang dalam negeri semakin meningkat dengan tersedianya fasilitas yang memadai, penerapan teknologi maju dan SDM yang terampil. Namun demikian dibutuhkan dukungan semua pihak baik itu Pemerintah Pusat dan Daerah, Pelaku usaha dan Produsen benih agar hal ini dapat terwujud. Pemerintah Pusat dan Daerah memaksimalkan perannya sebagai regulator dan fasilitator, pelaku usaha dengan perannya sebagai offtaker, dan produsen sebagai produsen/penyedia benihnya. Pemberdayaan produsen benih, fasilitasi sarana dan prasaran serta transfer teknologi sangat perlu untuk dilakukan agar produksi benih kentang di dalam negeri dapat berhasil dengan baik.
Kontributor :
Wiwi Sutiwi dan Wahyu Mukti