Kementan : Dorong Integrated Farming Dan Bioflok Di Kabupaten Padang Pariaman

PANGANDATA.COM, Padang Pariaman – Kementerian Pertanian berintegrasi dalam satu kegiatan bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui bantuan sejenis hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Kegiatan ini telah dilaksanakan di 5 (lima) provinsi, yakni Sumatera Barat, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan.

Kawasan pertanian terpadu atau lebih populer Integrated Farming System merupakan sistem pertanian dengan upaya memanfaatkan keterkaitan antara tanaman perkebunan, pangan, hortikultura, hewan ternak dan perikanan, untuk mendapatkan agro ekosistem, yang mendukung produksi pertanian (stabilitas habitat), peningkatan ekonomi dan pelestarian sumber daya alam.

Kerjasama ini dimaksudkan agar terintegrasi satu kegiatan pertanian dengan kegiatan lainnya seperti hortikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan. Khususnya perikanan dibantu oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan, sedang kegiatan tanaman pangan dibantu oleh Kementerian Pertanian dengan memberikan bantuan benih jagung hibrida untuk kelompok tani yang sudah ditunjuk memenuhi persyaratan untuk kegiatan Integrated Farming atau Pertanian Terpadu.

Salah satu contohnya adalah Integrated Farming di KT. Rimbo Simauang di Desa Malai III Koto, Kecamatan Sei Geringging, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatera Barat.
“Daerah ini dikelilingi bukit-bukit yang indah dengan panorama alam yang bagus untuk dikunjungi sebagai tempat wisata bernama Bukit Siriah dilengkapi dengan sarana home stay bagi pengunjung yang ingin menginap dan kelompok taninya mendapatkan bantuan benih jagung hibrida sebanyak 375 kg varietas NK212 yang cocok ditanam di sini dan baru saja benihnya diterima petani.” Ujar Martius Koordinator Penyuluh
Ditambahkan Indra salah satu anggota kelompok tani ditempat yang sama menjelaskan “Ini sedang menunggu olah tanah untuk tanam benih jagung tersebut namun sedikit terkendala musim hujan. Selain itu sedang berlangsung proses pembuatan paket Bioflok sebanyak 4 paket yang terdiri dari 32 kolam bibit ikan Nila bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Kegiatan Integrated Farming dan Bioflok ini kami rasakan sangat bersinergi satu sama lainnya”.

Sebenarnya sebelum kerjasama antara dua kementerian ini ada, petani sudah membuat Bioflok secara swadaya dan otodidak walau baru 1 kolam karena terkendala biaya yang cukup besar untuk 1 kolam Bioflok membutuhkan biaya sekitar Rp.10 juta.
“Kami sudah membuat secara swadaya 1 kolam Bioflok dan kami berencana akan membuat 1 kolam lagi selain Bioflok bantuan” lanjut Indra.

”Jagung sebagai bahan pangan di sini termasuk sentranya berjumlah ratusan hektar baik lahan sawah atau lahan kering seperti di bawah pohon kelapa, kalau di lahan sawah bergiliran karena terkendala kebutuhan air jadi harus berbagi sesama petani, ketika air tidak bisa untuk sawah maka akan ditanami jagung, di sinilah antusiasnya petani untuk tanam jagung.” sambung Martius.

Di sini juga ada peternakan, perikanan termasuk buah2an. Bisa dijadikan sebuah kawasan wisata buah, buah-buah unggulan seperti durian, manggis, alpukat. Jadi pengembangan agro pertanian sangat cocok sekali dalam rangka menunjang wisata. Sedangkan untuk tanaman padi juga cukup bagus menghasilkan sekitar 7 ton perhektar dan untuk jagung sekitar 8,5 sampai 9 ton perhektar dalam ubinan” lebih lanjut Martius menjelaskan.

Adapun hasil taninya jelas Indra, “Biasanya untuk jagung ada tengkulak yang membeli untuk pakan ternak dan untuk ikan ini rencana kami akan mengisi rumah makan – rumah makan dan supermarket sebagai daging ikan fillet. Nantinya akan kami buat kerjasamanya.”

Kegiatan ini sangat diapresiasi oleh anggota kelompok tani, mereka sangat senang, “Ada kebersamaan antar anggota kelompok dan masyarakat dalam berusaha dan kami juga mendapat bimbingan dari para penyuluh” ujar Yefrizal salah satu anggota kelompok tani lainnya.

Antusiasme kelompok tani ini sangat terlihat dari keseriusan mereka dalam berusaha tani secara swadaya dengan melengkapi kebutuhan kelompoknya membangun menara kontrol yang dilengkapi CCTV pemantau kegiatan sekitar kelompok taninya.” lanjut Yefrizal.

“Harapan kami agar program-program baik pusat, provinsi ataupun tingkat kabupaten terus berlanjut bagi petani kami di sini” Pungkas Martius Koordinator Penyuluh.

Penulis :
Hermis Yulindra, SP
PBT Ahli Muda
Direktorat Perbenihan Tanaman Pangan

Leave a Reply