PANGANDATA.COM, – Apabila anda merasakan gejala-gejala berikut: suasana hati yang tertekan, hilangnya minat atau kesenangan dan setidaknya mengalami lima gejala lain seperti kelelahan, insomnia, pikiran untuk bunuh diri, kosentrasi berkurang dan keterlambatan psikomotor, ada kemungkinan anda mengalami gangguan kesehatan yang disebut dengan depresi. Adapun istilah klinis di bidang kedokteran sering disebut sebagai depresi mayor atau major depressive disorder (MDD). Seseorang didiagnosa mengalami depresi mayor apabila gejala tersebut berlangsung selama dua minggu dan menyebabkan gangguan yang signifikan dalam memulai dan menjalani kegiatan setiap hari atau jika gejala-gejala tersebut terjadi secara periode atau berulang.
Depresi banyak dialami oleh penduduk dunia. Berdasarkan laporan badan kesehatan dunia, WHO (World Health Organization) pada tahun 2015 sebanyak 322 juta atau 4.4 % orang di dunia mengalami depresi. Dari jumlah ini, penderita lebih banyak dialami oleh kaum wanita sebanyak 5.5 % dibandingkan pria yang mengalaminya sebanyak 3.6 % dari seluruh dunia.
Pengobatan Depresi
Penelitian terbaru berdasarakan evaluasi terhadap lebih dari 140 obat yang digunakan untuk mengatasi depresi menunjukan bahwa efektivitas pengobatan terdapat pada penggunaan anti-depresan generasi kedua, second-generation antidepressants (ADs) dan obat yang memodulasi terapi perilaku kognitif, cognitive behavioral therapy (CBT). Ada beberapa obat komersial yang tergolong sebagai anti-depresan generasi kedua, salah satunya adalah serotonin. Serotonin adalah senyawa organik utama yang dihasilkan di dalam sel syaraf (bersifat endogenus) untuk membawa sinyal di antara sel-sel syaraf (neuron) atau dikenal lebih populer sebagai neurotransmitter. Selain serotonin, neurotransmiter lainnya adalah dopamin dan norefinefrin. Ketiganya membantu meregulasi beberapa fungsi otak diantaranya suasana hati (mood), konsentrasi, pemprosesan penghargaan diri, tidur, nafsu makan dan kemampuan kognitif.
Prekursor dari serotonin terdapat dalam panganan yang biasanya kita konsumsi sehari-hari, yaitu L-triftofan dan 5-Hidroksi-L-triftofan (5-HTP). Triftofan sendiri merupakan salah satu asam amino esensial yang banyak terdapat pada susu, tuna, daging ayam dan sebagainya, sedangkan 5-HTP adalah hasil modifikasi molekul triftofan oleh enzim yang disebut triftofan hidroksilase (TPH). Komponen ini merupakan prekursor langsung serotonin serta banyak terdapat dalam jamur tiram.
Pola Makan dan Depresi
Studi terbaru menunjukan adanya hubungan independen antara pola makan dan risiko terjadinya depresi pada seseorang. Hubungan dalam studi tersebut dijelaskan dengan memperhitungkan faktor lainnya, yaitu sosial ekonomi dan aktivitas fisik. Hal ini menunjukan panganan yang berkualitas tinggi kemungkinan dapat menjadi strategi pencegahan yang jitu untuk mengatasi terjadinya depresi. Beberapa studi mengevaluasi potensi terapi depresi dengan menggunakan beberapa komponen nutraceutical (suplemen nutrisi), salah satunya adalah membandingkan penggunaan L-triftofan dan 5-Hidroksi-L-triftofan (5-HTP). Walaupun hasil studi ini menunjukan hasil yang tidak meyakinkan, tetapi penggunaan 5-HTP ditemukan lebih ampuh sebagai pilihan terapi dibandingkan triftofan.
Komponen 5-HTP ini tidak memiliki efek toksik terhadap manusia. Hasil penelitian yang menjanjikan penggunaan 5-HTP sebagai komponen nutraceutical juga telah ditunjukan pada suatu percobaan yang telah dilakukan terhadap penderita depresi. Pada penelitian ini, penderita diberikan sebanyak 200-300 mg 5-HTP per hari yang juga diiringi dengan pengobatan menggunakan sejumlah antidepresan pada berbagai kelas.
Jamur Tiram sebagai Panganan Sumber 5-HTP
Beberapa jamur yang dapat dikonsumsi merupakan panganan yang sangat tinggi kadar 5-HTP, salah satu diantaranya adalah dari golongan spesies Pleurotus. Ada jenis jamur ini yang telah populer dibudidayakan dan dikonsumsi di Indonesia, yaitu P. ostreatus dan P. florida. Keduanya lebih dikenal sebagai jamur tiram putih. Kandungan 5-HTP terbanyak sebenarnya ada pada bagian miselumnya, masing-masing sekitar 120 dan 215 mg/100 g, akan tetapi bagian ini bukanlah bagian yang umumnya dikonsumsi orang. Adapun kandungan pada bagian yang sering dikomsumsi, yaitu tubuh buahnya mengandung 5-HTP sekitar 67 mg/100 g (P. ostreatus) dan 95 mg/100 g (P. florida). Namun, jenis Pleurotus lainnya yang tidak populer dibudidayakan di Indonesia sebetulnya memiliki kandungan 5-HTP lebih banyak hingga lebih dari dua kali lipat dari jamur tiram putih, yaitu P. djamor (tiram merah muda), P. eryngii (king oyster) dan P. pulmonarius (tiram cokelat), masing-masing adalah 194, 150 dan 117 mg/100 gram pada bagian tubuh buah. Kelimpahan 5-HTP bahkan jauh lebih banyak lagi jumlahnya pada bagian miselium hingga 703 dan 554 mg/100 g, masing-masing pada tiram merah dan tiram cokelat.
Sampai saat ini belum ada penelitian klinis mengenai kemanjuran suplementasi jamur tiram terhadap gangguan depresi pada manusia. Akan tetapi melihat kelimpahan 5-HTP pada jamur tiram, ada peluang penelitian untuk mengeksplorasi potensi jamur ini sebagai sumber makanan yang dapat mengurangi risiko terjadinya depresi. Hal ini juga akan sangat berguna untuk mempopulerkan konsumsi jamur di kalangan masyarakat Indonesia. Lebih jauh lagi budidaya jamur tiram jenis lain yang populer di konsumsi di luar negeri tetapi tidak di Indonesia, diharapkan bisa dapat dikembangkan secara masal. Selain kandungan 5-HTP, jamur merupakan panganan yang kaya akan kandungan gizi seperti vitamin B-kompleks, vitamin D, asam amino fenilalanin dan mineral. Jamur tiram juga mengandung komponen bioaktif lainnya yang bermanfaat bagi kesehatan seperti senyawa fenolik, asam sinamat, senyawa turunan indol, ergotionin serta serat. Tidak hanya itu saja bahkan lovastatin yang sudah komersial digunakan sebagai obat yang membantu menurunkan kadar kolesterol tinggi juga terdapat dalam jumlah banyak pada bagian miselium jamur king oyster mencapai 124 mg/100 g. Tingginya kandungan komponen bioaktif pada beberapa spesies jamur tiram menjadikan jamur ini digolongkan sebagai pangan fungsional yang bermanfaat bagi kesehatan. Adapun salah satu studi yang potensial diteliti untuk mengeksplorasi manfaat lainnya dari jamur tiram adalah sebagai sumber panganan yang dapat mengurangi risiko depresi.
Referensi
Fijałkowska, A.; J˛edrejko, K.; Sułkowska-Ziaja, K.; Ziaja, M.; Kała, K.; Muszy´ nska, B. Edible Mushrooms as a Potential Component of Dietary Interventions for Major Depressive Disorder. Foods. 2022, 11, 1489. https://doi.org/10.3390/foods11101489.
Krakowska, A.; Zięba, P.; Włodarczyk, A.; Kała, K.; , Sułkowska-Ziaja, K.; Bernaś, E.; Sękara, A.; Ostachowicz, B; Muszyńska, B. Selected edible medicinal mushrooms from Pleurotus genus as an answer for human civilization diseases. Food Chemistry. 2020, 327, 127084. https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2020.127084.
Oleh: Dr Inda Setyawati – Dosen Biokimia, FMIPA, IPB University